SEJARAH DAN CERITA DESA MOJOPURO WETAN
BUNGAH GRESIK
Ada beberapa versi tentang sejarah
desa Mojopurowetan. Disisni kami tidak membicarakan benar tidaknya versi
tersebut. Justru perbedaan pendapat tersebut akan menambah khasanah cerita
tentang desa di tepian Sungai Bengawan Solo ini.
Ada yang menyebut nama Mojopuro
diambil dari nama Kyai Mojowulung seorang ulama penyebar agama Islam di desa
Mojopurowetan dan sekitarnya. Ada juga yang menyebut nama Mojopuro berasal dari
kata “Muja Pura”. Bahkan konon sebelum
nama Mojopuro popular di masyarakat sebelumnya bernama desa Maspunten (emas
berlian). Semua jika hubung-hubungkan dengan peninggalan-peninggalan yang ada
di desa Mojopurowetan saai ini memang ada kaitannya.
Alkisah sebelum masuknya islam di
Pulau Jawa, Mojopurowetan adalah daerah komunitas Agama Hindu. Bukti sejarah
terdapatnya dua arca Dwarapala (konon terbesar di Indonesia) terdapai di desa
ini. Satu sudah hancur dan satu lagi masih utuh dan “diambil” tim purbakala dan
saat ini ditempatkan di musium Trowulan, Mojokerto.
Menurut keterangan tim purbakala
Trowulan, Mojokerto, Untuk mengurangi pengaruh Islam yang berpusat di kerajaan
Demak, Mojopuro yang merupakan salah satu pintu gerbang wilayah utara kerajaan
Majapahit yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan kerajaan Demak,
sengaja dibuat suatu komunitas Hindu. Disitu dibangun sebuah pura yang dijaga oleh dua buah arca dwarapala
ukuran besar. Karena sebagai tempat pemujaan itulah masyarakat menyebutnya
“Muja Pure”. Atau muja puro, yang akhirnya menjadi Mojopuro yang artinya memuja
pura.
Karena sebagai tempat komunitas agama
Hindu, banyak peninggalan-peninggalan yang ada kaitannya dengan kesenian atau
kebudayaan Hindu. Konon ada satu tempat (kampung) yang juga berdekatan dengan
ditemukannya arca dwarapala bernaka kampung Gali Gambang. Menurut cerita
sesepuh setempat, dulu banyak warga masyarakat yang secara tidak sengaja
membuat pondasi rumah tiba-tiba menemukan seperangat gamelan (gambang) yang
terbuat dari emas. Karena seringnya menemukan gambang emas itulah banyak warga
yang melakukan penggalian-penggalian dengan harapan menemukan emas atau
perhiasan lainnya. Akhirnya kampung tersebut dinamai kampung gali Gambang. Dan
mana desa Mojopuro saat itu bernama Mas-Punten atau mas permata. Entah sejak
kapan berubah nama menjadi Mojopuro. Tahun berapa pastinya tidak ada yang
berani memastikan.
Versi lain menceritakan Bahwa Nama
Mojopuro diambil dari nama depan Ki Ageng Mojowulung atau kyai Mojowulung,
penyebar agama Islam di desa Mojopurowetan dan sekitarnya. Menurut cerita Bapak
Mahmudi, yang saat ini menjabat sekretaris desa Mojopurowetan, saat itu kyai
Mojowulung bersama kakak perempuannya bernama Nyi Ageng lanjar Kuning atau Nyi
Lanjar Kuning datang di desa ke dukuh
Maspunten (Mojopuro) untuk menyebarkan agama Islam. Dengan kesabaran dan
kegigihan beliau akhirnya agama Islam berkembang dengan pesat. Untuk
menghormati jasa beliau akhirnya nama dukuh Maspunten diganti dengan nama Dukuh
Mojopuro Dikenal Dengan Nama Mbah Ngabar.
Sejak
mendirikan sebuah padepokan sebagai pusat komunitas dan belajar agama Islam,
lanjut Bapak mahmudi, yang menurut pengakuannya mendapat cerita dari orang
tuanya yang kebetulan juga dulu menjabat pamong desa, nama Kyai Mojo Wulung semakin terkenal. Dari
ajaran dan wejangan yang diberikan beliau, banyak masyarakat yang simpatik dan
tertarik mempelajari dan memeluk agama Islam. Dari kegigihan Beliau mensi’arkan
agama Islam, akhirnya banyak masyarakat memberikan julukan Mbah Ngabar, yang
asal mula dari kata kabar atau si’ar Sampai saat ini nama Mbah Ngabar melekat dihati masyarakat.
Beliau akhirnya meninggal dan
dimakamkan di desa Mojopurowetan Nama Mbah Ngabar selalu melekat di hati
masyarakat, bahkan setiap tanggal 1 Muharom
warga desa yang 100 % warganya beragama Islam ini selalu mengadakan
peringatan wafatnya beliau yang biasa disebut khoul Mbah Ngabar.
GAMBARAN
UMUM DESA MOJOPUROWETAN
Desa Mojopurowetan secara geeografi
terletak disebelah utara Kabupaten Gresik. Dengan jarak tempuh kurang lebih 25
km dari kota Gesik. Didukug infrastruktur yang sangat memadai, Desa
Mojopurowetan gampang mengakses derap ekonomi kota Gresik.
Luas wilayah desa Mojopurowetan
196,624 ha dan terletak ditengah-tengah lintasan kecamatan Bungah dan kecamatan
Dukun. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Melirang dan sebelah Barat
berbatasan dengan desa Mojopurogede. Sedang bagian Selatan Berbatasab dengan
Kabupaten Lamongan yang dibelah Sungai Bengawan Solo sedang bagian Utara berbatasan dengan wilayah kecamatan Dukun.
Penduduk Mojopurowetan berjumlah 2.863
jiwa atau 471 KK dan bermatapencaharian terbagi dibeberapa sector
seperti petani tambak dan petani kebun,
pedagang, buruh tani, buruh pabrik, peternak ayam potong dan sebagian
berprofesi sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri dan wiraswasta. Tidak ada
yang dominan dalam angka matapencahariannya. Hingga tidak bisa disebutkan
sebagian besar, tapi rata-rata.
Tahun 2005 desa Mojopurowetan masuk
dalam klasifikasi desa merah. Sebab dari 471 KK, 352 KK masuk dalam katagori
prasejahterah.
NARASUMBER :
Nama :
H. M. Chulalan Abd. Halim
Umur :
55 Tahun
Jabatan : Kepala Desa
Di catatan silsilah yg ada di rumah, istri sayyid amir qosim bin badruddi bin ali akbar basyaiban berasal dari punten gresik...
BalasHapusApakah desa punten yg dimaksud adl desa maspunten atau mojopuro?
Asrul 081332030108
Ortu saya orang gresik dan saya pernah ziarah kemakam sayid akbar desa ngabar mojopuro
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMojopurowetan = Mojopuro kawitan
BalasHapus• Mojopura Wetan diduga sebagai salah satu desa penyeberangan yang pernah ada pada masa Majapahit, seperti ditulis dalam Ferry Charter 1358 Saka yang menyebutkan adanya 77 nama-nama desa penambangan, antara lain: Madanten, Wringin Wok dan Bajrapura. Nama Bajrapura mungkin berkembang menjadi Mojopura (Wetan ), yang juga terletak berdekatan dengan Bedanten (Madanten) dan Kali Wot (Wringin Wok) sekarang.
• Ditemukannya tiga arca dengan ukuran yang relatif besar (dua arca dwarapala dan satu area Budha) menunjukkan bahwa desa ini merupakan salah satu desa penting, untuk masuk ke ibukota kerajaan.
• Adanya toponim Gale Gambang atau Bale Kambang yang ditandai dengan patok batu, serta keberadaan area dwarapala, area Budha dan sebaran fragmen keramik mendukung kekunaan desa tersebut. Selain itu, di desa ini juga berkembang cerita bahwa jalan menuju ke sabrangan hingga ke tempat ditemukannya area dwarapala, adalah jalan untuk menuju ke Majapahit. Oleh karena itu, sampai saat ini disebut sebagai Gang Majapahit.
• Aktivitas kehidupan sebagai tukang sabrang sudah dilakukan oleh penduduk setempat sejak beberapa generasi. Menurut ingatan mereka setidaknya sudah empat generasi secara turun-temurun. Aktivitas para tukang sabrang tersebut dapat digunakan sebagai bahan analogi, untuk menggambarkan kehidupan tuk
Arca Budhanya dan satu Dwara pala kira kira dipindah kemana Om?
BalasHapus