Awal mula terbentuknya Desa Masangan.
Di mulai ketika pertengahan abad 16 M. Ketika itu wilayah yang didiami oleh
masyarakat desa Masangan saat ini sekitar tahun 1517 merupakan pusat industri.
Pusat industri dari berbagai macam prodduksi yang beralokasi di tegal PANDEAN. Sementara lokasi perdagangan
ada di PASARDINAN. Tapi belum tahu nama yang ditempati. Dalam keadaan yang
sangat ramai perdagangan industri tersebut, semakin hari semakin berkurang jumlah
para pedagang dan industrial lenyap tanpa jejak dan berita. Yang menjadikan
risau sang penguasa yang pada saat itu pusat perdagangan dipimpin oleh wanita
muda yang menjadi AKUWU (kepala desaa). Situasi
dan kondisi yang desas desus tentang berkurang dan hilangnya masyarakat,
menjadikan Akuwu bertanya dan berfikir “ ada apa di balik gerangan itu” maka
diadakannya musyawarah untuk membahas situasi yang berkembang. Maka dibentuk
berbagai seksi untuk menyelidiki dan menganggulangi masalah yang sedang
berkembang. Dari berbgai pantauan para telik sendi (mata-mata) dicapai
keterangan bahwa peenyebab ulah yaitu seorang raksasa dari jenis jin yang
bernama BUTO IJO, yang setiap harinya memangsa beberapa orang penduduk dimalam
hari. akhirnya sang akuwu mengambil kesimpulan bahwa untuk mendapat jawaban dari
semua ini harus melakukan topobroto atau bersemedi selama 33 hari 33 malam.Dan
waktu bersemedi menghasilkan sebuah wisik bahwa Buto Ijo harus dimusnahkan
dengan cara dijebak didalam sebuah pasangan yang terdiri dari sebuah GROGOL dan
JALA RANTAI serta sebuah pedang raksasa yang bernama JOKO MANTRU. Dan semua itu
hanya bisa didapat dengan topo broto yang dilakukan didalam sebuah pesanggahan,
dan tidak boleh diganggu selama 77 hari, akhirnya pusaka-pusaka tersebut bisa
didapatkan pada malam Jum’at kliwon pada malam bulan Syuro tahun Saka.Dan semua itu
harus menggunakan umpan berupa sepasang anak remaja bule lelaki dan wanita dan
harus diberi pengharuman dan penyedap untuk menarik sang Buto. Tak khayal
ketika terbangun Buto Ijo yang lapar berusaha untuk mencari mangsa kembali.
Tujuh langkah berangkat sanng buyo
mencium bau enak dari yang begitu menggugah selera.Dalam hal ini
sang Buto ada keinginan untuk makan. Langkah demi langkah telah dilakukan yang
akhirnya membawa ke suatu tempat yang ada didalamnya sepasang bule lelaki dan
perempuan yang begitu menarik perhatiannya, dalam posisi mengintai dibalik
kelihaiannya Sang Akuwu memerintah hulu balangnya untuk menyiapkan pasangan
yang dihasilkan dari tapa brata, perintah Akuwu jala rantai harus dikembangkan kearah
grogol, tempat sang umpan disiapkan.Akhirnya Buto
Ijo masuk dalam perangkat jala rantainya, dengan menghentak Buto Ijo sangat
marah sampai aungannya bisa didengar sampai kejauhan, Buto Ijo yang memiliki
kesaktian mandra guna menggunakan ajian kekrek wojo untuk merobek jala rantai
bagian atas, yang akhirnya sang Akuwu dalam keadaan panik, dalam kepanikannya
menginginkan agar masalah ini bisa dipecahkan dari gusti kang reksa jagad.Dengan
perintahnya sang Akuwu, para prajurit tangan kanannya untuk memenggal kepala
sang Buto Ijo yang telah merobek jala rantai tersebut sehingga mencuat dari
jala rantainya. Secepat kilat pedang Joko Mantru disabetkan kearah leher sang
Buto dan terlempar jauh ke bengawan Solo, badannya melayang kesebelah barat
tepatnya di desa Mojopuro Wetaan dan pedangnya tertancap di sebuah bukit
kemudian menjadi batu yang saat ini dinamakan Pereng Medang, semua hulu
bertepuk sorak atas keberhasilan yang mereka capai dan mereka mengadakan pesta
7 hari atas keberhasilannya, diaadakan penobatan dan pergantian nama sang
Akkuwu menjadi Nyai Buyut Arum Masangan dan sekaligus tanah kekuasaannya
dinamakan tanah Masangan. Dalam menandai wilayahnya sang Akuwu membuat
pembakaran, sedang abu yang bertebangan dari pembakaran tersebut dijadikan
sebagai tanda dari wilayah Buyut Arum Masangan. Maka sejak saat itu desa itu
dinamakan desa Masangan.
NARASUMBER :
Nama : Ainur Rofiq
Umur : 46
Tahun
Jabatan : Kepala Desa
NARASUMBER :
Nama : Ainur Rofiq
Umur : 46
Tahun
Jabatan : Kepala Desa
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar