SEJARAH DAN LEGENDA DESA TAJUNGWIDORO
BUNGAH GRESIK
BUNGAH GRESIK
I.
ASAL USUL
WILAYAH MENGARE
Mengare adalah sebuah wilayah yang terletak di wilayah
kecamatan Bungah, daerah ini merupakan pulai kecil dan hamper seluruh
wilayahnya merupakan lembah atau tanah “Ngarai”, mungkin dari kata ngarai
inilah yang menyebabkan wilayah ini dinamakan “Mengare”.
Mengare terdiri dari tiga Desa yaitu : Watuagung,
Kramat dan Tajungwidoro. Adapun letaknya di sebelah selatan yang dibatasi oleh
wilayah kecamatan Manyar dan sebelah barat berbatasan dengan desa Bedanten dan
di sebelah utara dan timur merupakan laut jawa yang merupakan perbatasan selat
Madura.
II.
ASAL USUL
DESA TAJUNGWIDORO
Tajungwidoro merupakan salah satu desa yang berada di
Wilayah Mengare, nama Tajungwidoro atau Ujungdoro ini diambil dari petualangan
salah seorang tokoh yang menurut cerita dalam babat tanah Mengare bernama Joko
Mustopo, Joko Mustopo ini adalah tokoh sakti yang memiliki dua senjata Gongseng
kencono dan Caluk Cerancam, kedua senjata ini mempunyai fungsi yang berbeda,
tatapi keduanya saling mendukung peran bagi pemiliknya, karena Gongseng Kencono
dapat digunakan untuk berjalan di atas air sedangkan Caluk Cerancam bisa
membawa pemiliknya terbang.
Konon Caluk Cerancam ini merupakan pemberian dari
seorang janda tua yang merupakan gurunya dan sekaligus merupakan ibu angkatnya.
Adapun Gongseng Kencono ini berasal dari seekor binatang yaitu babi hutan atau
celeng yang direbut oleh Joko Mustopo, karena Joko Mustopo sangat tertarik
dengan kesaktian Celeng tersebut yang bisa berjalan di atas air.
Menurut cerita Joko Mustopo sedang berada di muara
bengawan solo yang terletak di ujung timur utara wilayah Mengare, ketika iut
sedang melihat ada seekor babi lautan yang sedang berjalan di atas air menuju
ke arahnya menetang ingin mengajak berperang, Joko Mustopo hamper kewalahan
menghadapinya, tetapi pada akhirnya kalung di leher celeng yang berupa Gongseng
Kencono itu dapat di rebut dan Babi hutan berlari kea rah barat dan meniggal di
pinggir sungai dan konon akhirnya menjadi sebuah batu yang berbentuk Celeng dan
daerah ini sekarang dinamakan Watu Celeng.
Setelah ditinggal lari oleh Babi Hutan yang telah
dikalahkan tadi, Joko Mustopo merasa lapar dan haus kemudian ia berjalan
menelusuri pantai dan menemukan banyak tumbuhan “Doro” yaitu pohon yang tangkai
dan rantingnya sedikit berduri tetapi buahnya manis, buah inilah yang dapat
menolong Joko Mustopo dari rasa laparnya, kemudian dia berucap “Besok nek ono
rejane jaman deso iki tak arani Ujungdoro” sekarang dikenal dengan nama
“Tajungwidoro” yang menurut analisa berasal dari “Tanjung wit doro”.
Desa ini sekarang terdapat enam dusun yang masing –
masing dusun memiliki sejarah dusun – dusun itu adalah Tanjungsari - sidorukun,
dusun Pesisir barat – Dusun Sumber sari, dusun Salafiah dan dusun Sidofajar
atau Pesanggraan.
Salah satu sejarah dusun yang unik adalah dusun Sumber
Sari, dinamakan Sumber Sari karena di situ terdapat sebuah sumur yang airnya
tidak pernah habis walaupun telah diambil oleh seluruh warga desa untuk air
minum, konon sumur ini merupakan sumur buatan seorang wali yang diperlakukan
tidak adil oleh salah seorang warga. Menurut cerita ada orang lewat dan merasa
haus, dan di kampung tersebut ada warga yang memiliki pohon tebu,orang asing
itu minta tetapi tidak diberi, malah tebu yang dimilikinya itu dikatakan bukan
tebu tetapi pohon perumpung, lalu orang asing itu berucap “Mugo – mugo dadio perumpung temenan” (mudah – mudahan
jadi perumpung sungguhan), maka benar pohon tebu itu jadi pohon perumpung.
Kemudian orang asing itu dengan tangannya tanpa menggunakan bantuana alat
apapun mengali tanah yang berbatu dan akhirnya keluar sumber mata air yang luar
biasa jernihnya, sampai sekarang sumur yang kedalamannya hanya kurang lebih 75
cm itu dijadikan suber air minum warga Desa Tajungwidoro. \
|